Bab 2025 Ada Masalah Apa?
Dewi memelototinya, berkata dengan kesal, “Bukan urusanmu!!!”
“Hehe, aku perhatian padamu.” Brandon bersandar padanya sambil cengengesan, “Di mana kopermu?”
Dewi melemparkan tas punggung padanya, “Di dalamnya ada barang berharga, simpan dengan
baik.”
“Apa itu?” Brandon membuka dan meliriknya, kedua matanya berbinar, “Astaga, begitu banyak perhiasan, dari mana kamu mendapatkannya?”
“Si bajingan itu yang memberikannya.” Dewi langsung kesal begitu teringat pada Lorenzo.
“Apa hebatnya? Kelak aku juga akan membelikannya untukmu.” Cahaya di mata Brandon menghilang dalam sekejap, berkata dengan angkuh, “Memangnya kenapa kalau dia kaya? Dia tidak setia, juga tidak tulus padamu.
“Diam!!!” Dewi marah sambil mengerutkan kening, “Berisik sekali!”
Brandon tidak berani bicara lagi, membuka pintu mobil dengan semangat, mengantar Dewi masuk ke mobil.
Dewi melihat sekeliling dengan hati–hati, tidak ada orang yang mencurigakan.
Brandon menyalakan mobil dan melaju keluar, juga menyalakan musik, mengendarai mobil dengan santai di jalan raya yang lebar.
Hati Dewi masih tegang, tidak berani gegabah. Sampai mobil melaju di jalan yang tidak ada orang, barulah dia merasa lega, bertanya pada Brandon, “Sekarang Bibi Lauren dan Paman Joshua ada di mana?”
“Paman Joshua ada di yayasan, Bibi Lauren ada di panti asuhan.” Brandon berkata, “Dia berjaga di rumah sakit beberapa hari lalu, hari ini ada masalah di panti asuhan, maka dia pergi ke sana
sebentar….”
“Bukan masalah besar, ‘kan?” Tanya Dewi.
“Masalah kecil.”
“Kalau begitu, langsung ke rumah sakit.” Dewi sangat tegas, “Hubungi rumah sakit, aku mau tahu kondisi Lessi.”
“Oke.”
Brandon menyetir sambil menghubungi rumah sakit. Saat tahu Dewi akan segera datang, pihak rumah sakit segera meminta dokter yang merawat Lessi untuk menunggu.
Saat masih di perjalanan, Bibi Lauren menelepon lagi, bertanya apa Dewi sudah sampai.
Dewi bilang bahwa dia sudah tiba sejak tadi, segalanya lancar, juga bilang bahwa sekarang langsung pergi ke rumah sakit.
Bibi Lauren bilang bahwa masih ada beberapa hal yang harus ditangani di panti asuhan, akan pergi ke rumah sakit nanti, lalu berpesan padanya agar dia dan Brandon harus sangat berhati-
hati.
Setelah menutup telepon, Dewi menghela napas, “Kelihatannya luka Denny yang digigit. Rongrong masih belum sembuh, sekarang tidak punya tenaga untuk membuat masalah, mungkin rekannya juga tidak berani bertindak seorang diri.”
“Scharusnya begitu.” Brandon mengangguk, “Akhir–akhir ini, tempat kita cukup tenang, panti asuhan juga tidak ada masalah, yang terpenting adalah penyakit Lessi.”
“Bibi Lauren hanya bilang penyakit Lessi serius, tapi tidak bilang secara spesifik. Apa kamu tahu kondisinya?” Tanya Dewi.
“Saat panti asuhan meledak, sepotong besi menancap di tubuh Lessi. Potongan besi sudah dikeluarkan dengan operasi. Meski limpanya terluka, tapi kondisinya termasuk stabil. Entah kenapa, dua hari ini tiba–tiba mulai terjadi komplikasi ….” Kata Brandon.
“Siapa yang melakukan operasi?” Dewi bertanya dengan tergesa–gesa, “Apa tekniknya bagus?”
“Kabarnya, dia adalah dokter bedah terbaik di Swedoland. Saat itu, kondisi Lessi tidak begitu rumit, para ahli bedah juga bisa menanganinya. Itu sudah berlalu begitu lama, hanya saja tidak ada yang menyangka bisa ada komplikasi. Dokter itu juga sangat terkejut….”
Brandon menyetir sambil menjelaskan situasi pada Dewi.
Dewi merasa tidak tenang. Secara logika, untuk masalah bedah seperti itu, meski terjadi. komplikasi, itu juga dalam masa pengawasan. Sudah berlalu begitu lama, seharusnya tidak terjadi
apa–apa….
Mengapa tiba–tiba terjadi komplikasi?
Mungkinkah masih ada potongan besi yang tidak diangkat saat operasi?
Atau mungkin ada luka atau penyakit tersembunyi yang tidak diketahui?
Tapi semua kemungkinan itu sangatlah kecil. Lagian, mereka adalah ahli bedah terkenal, kemampuan medisnya pasti bagus…
Tapi kalau bukan masalah itu, lalu apa?