Bab 2019 Sudah Pergi
“Hah??”
Semua orang tercengang. Mereka tidak mengerti, sebelumnya masih baik–baik saja, mengapa tiba–tiba Nona Dewi mengumumkan perpisahan itu secara sepihak??
Dewi tidak memedulikan mereka, langsung berjalan keluar….
Sonny segera menghentikannya, berkata dengan panik, “Nona Dewi, Anda jangan gegabah. Kalau ada masalah, bicarakan baik–baik. Apa ada yang tidak kami lakukan dengan baik? Anda boleh menghukum kami, tapi jangan marah.”
“Tidak ada hubungannya dengan kalian.” Dewi mengerutkan kening, “Si bajingan Lorenzo melakukan kesalahan, barulah aku mau berpisah. Kelak kalau dia bertanya atau minta pertanggungjawaban, kamu katakan saja yang sebenarnya.”
Berdasarkan sifatnya, biasanya dia tidak akan menjelaskan begitu banyak. Tapi, dia tidak ingin Sonny dan Kelly disalahkan dan dihukum.
“Ini pasti salah paham, Tuan bukan orang seperti itu.” Sonny panik, “Apa karena Anda melihat berita? Jangan percaya pada berita–berita itu, semuanya bohong.
“Aku tidak percaya berita itu, maka langsung bertanya padanya, tapi ada suara wanita di teleponnya….” Dewi langsung kesal, “Sudahlah, aku malas membicarakan hal yang begitu memalukan. Pokoknya, kalian jangan menghentikanku. Kalau tidak, aku akan marah.”
“Nona Dewi….”
“Minggir!”
Dewi berteriak marah.
“Luka Anda belum sembuh, akan sangat bahaya kalau keluar saat ini … Nona Dewi, Nona Dewi, Nona….”
Sonny sama sekali tidak bisa menghentikan Dewi.
Kelly cemas sampai mengentakkan kaki, “Bagaimana? Harus bagaimana? Kalau membiarkan Nona Dewi pergi, Tuan pasti akan menghukum kita.”
“Di mana Kak Jeff?” Tanya Sonny dengan panik.
“Baru pergi beberapa menit.” Kelly menjelaskan dengan cemas, “Sepertinya dia sangat sibuk. Tadi Nona Dewi menyuruhnya masuk dan menanyakan beberapa masalah, lalu dia pergi dengan tergesa–gesa.”
Sonny tidak berdaya, terpaksa menelepon Jeff, tapi terus tidak terhubung.
Dia menelepon Jasper lagi, masih tidak terhubung.
Dia hanya bisa pergi mengejar Dewi dulu. Saat ini, Dewi sudah sampai di tempat parkir, dual pengawal sedang membujuknya dengan panik ….
Sonny berlari dari kejauhan, mengira bisa menghentikannya. Tapi tiba–tiba Dewi menendang salah satu pengawal.
Pengawal yang lain tercengang. Sebelum pengawal itu merespons kembali, Dewi langsung melompat ke dalam mobil Lamborghini merah, menyalakan mobil dan melaju pergi….
“Cepat tutup gerbang!”
Sonny berteriak dengan tergesa–gesa.
Pengawal yang berjaga di gerbang segera menutup pintu gerbang besi, tapi itu sama sekali tidak bisa menghentikan Dewi.
Dia menambah kecepatan, langsung naik ke atap sebuah mobil, lalu terbang melewati tembok…..
Sudah pergi!
“Astaga!”
Sonny segera membawa orang dan mengejarnya dengan mobil. Tapi begitu dia keluar, Dewi sudah menghilang bersama mobil.
Dia tidak tahu Dewi akan pergi ke mana, hanya bisa membagi menjadi dua kelompok, satu kelompok pergi ke perkotaan, dia sendiri membawa beberapa orang ke bandara.
Di saat yang sama, dia memberi instruksi pada Kelly untuk terus mencoba menghubungi Jasper dan Jeff….
San Francisco.
Lorenzo baru saja membereskan kelompok pembunuh yang menyerang tiba–tiba, lalu meninggalkan aula perjamuan bersama Juliana dan yang lainnya.
Sekarang sedang senja di San Francisco, cahaya matahari terbenam berwarna semerah darah, memantulkan warna langit yang cemerlang.
Saat mengingat kembali adegan di mana Lorenzo begitu hebat, satu orang melawan banyak musuh, jantung Juliana berdebar kencang, menatap Lorenzo dengan dalam, hampir meneteskan
air mata.
“Pasar di sini masih belum stabil. Aku menghadapi musuh di mana–mana, itu berbahaya. Ayahmu malali mengutusmu untuk mengawasi?”
Lorenzo memegang setir, melihat ke depan, sama sekali tidak melihat Juliana.
“Seharusnya Kak Cole yang datang, tapi tiba–tiba dia ada urusan. Setelah berdiskusi dengan Paman Winston, Ayah menyuruhku datang.”
Suara Juliana selalu terdengar lembut, setiap aura yang terpancar dari tubuhnya menunjukkan kekagumannya pada Lorenzo.
“Waktunya benar–benar pas.” Lorenzo meliriknya, “Kebetulan tiba di waktu yang sama denganku, kita juga bertemu di bandara.”