Bab 1017 Pilihan tak berdaya
Perkataan Roy membuat raut wajah Eko berubah, dia tercengang, jika ini merupakan perintah dari Aliansi Seni Bela Diri maka keluarga Wijaya mereka akan tamat, tidak ada harapan sedikitpun.
“Roy, jangan menggertak orang, saya tidak percaya dengan perkataanmu, saya juga tidak akan pernah menyerahkan aset Keluarga Wijaya kepadamu…”
Marco berkata dengan suara tegas.
Namun setelah Marco selesai bicara, sebuah suara dentuman terdengar dari luar, sebuah vila di area vila Keluarga Wijaya tiba–tiba runtuh dengan suara yang keras.
Setelah itu terlihat Raul yang berjalan perlahan–lahan ke ruang tamu, dan Roy segera bangkit berdiri mempersilakan kakak keduanya untuk duduk!
“Kalau tidak diserahkan maka hari ini semua orang di Keluarga Wijaya akan bernasib sama dengan vila yang baru runtuh itu….”
Raul berbicara dengan perlahan tapi aura dingin di tubuhnya membuat Marco memucat dan langsung terduduk di lantai.
Seorang Grand Master sama sekali tidak bisa menahan ledakan aura dari tubuh seorang Great Grand Master.
Eko yang melihat pemandangan ini juga seketika menunjukkan raut wajah yang sangat jelek.
“Saya berharap kalian bisa memberiku sedikit waktu, aset milik Keluarga Wijaya sangat besar, jika diserahkan kepada Keluarga Bastian dalam sekejap kalian juga tidak akan bisa mengelolanya.”
Eko ingin mengulur waktu untuk memikirkan cara!
“Tua bangka, tidak perlu berpikiran untuk mengulur waktu, asalkan kamu menyerahkan asetmu, akan ada orang–orang kami yang mengelolanya!”
Roy berkata lalu menatap ke arah para petinggi Keluarga Wijaya, dan berkata pada seorang pria paruh baya yang mengenakan kacamata: “Manajer Wigo, apakah kamu dapat mengelola aset milik keluarga Wijaya?”
Manajer Wigo segera melangkah maju beberapa langkah dan berkata dengan penuh hormat pada Roy: “Tuan Roy, saya mengetahui seluruh aset Keluarga Wijaya dengan baik, tentu saja saya bisa mengelolanya, saya juga memiliki daftar aset milik Keluarga Wijaya, silakan Anda lihat…”
Manajer Wigo menyerahkan sebuah dokumen kepada Roy, Roy bahkan tidak melihatnya dan langsung menatap Eko dengan bangga.
Eko
yang melihat hal itu, sekujur tubuhnya gemetaran, raut wajahnya memucat dan tubuhnya kejang–kejang.
“Kakek…”
Marco yang melihat ini segera maju dan menekan filtrum Eko.
Perlahan–lahan, Eko mulai tersadar dan menatap Manajer Wigo dengan marah: “Manajer Wigo, Keluarga Wijaya memperlakukanmu dengan baik, tapi kamu malah berkhianat?”
Manajer Wigo tersenyum ringan: “Tuan besar, seperti kata pepatah, hanya orang yang cerdas. yang bisa menjadi pahlawan, dalam situasi seperti ini, Keluarga Wijaya memiliki persyaratan apa untuk melawan Keluarga Bastian? Saya sarankan kamu sebaiknya menyerahkan aset–aset itu dengan patuh lalu keluar dari Kota Gama, sisakan jalan hidup untuk dirimu sendiri!”
“Kamu…”
Eko yang kesal menyemburkan seteguk darah.
“Kakek, kakek…” Marco bergegas membantu Eko menyekanya.
“Kalian…kalian juga berpikiran sama seperti dia?”
Tangan Eko bergetar dan menunjuk beberapa petinggi lainnya.
Beberapa petinggi itu saling memandang dan perlahan–lahan berjalan ke sisi Roy!
Melihat pemandangan ini, Eko kembali memuntahkan seteguk darah!
“Hahaha…” Roy tertawa dengan arogan: “Dasar tua bangka, apakah kamu sudah lihat, ini adalah pemahaman akan situasi, sebaiknya kamu menyerah agar kami tidak perlu turun tangan!”
Raut wajah Eko sudah sangat jelek, tubuhnya bergetar dan dia tidak tahu harus mengatakan apa!
Masalah sudah sampai titik ini, selain menyerahkan aset Keluarga Wijaya, apalagi yang bisa dia
lakukan?
“Marco, bawakan stempel…”
Eko perlahan–lahan memejamkan matanya dan menua cukup banyak dalam sekejap.
“Kakek, lantas kita benar–benar akan menyerahkan seluruh aset milik Keluarga Wijaya?”
Marco menggertakkan giginya, dia sangat sakit hati, menyayangkan aset Keluarga Wijaya, menyayangkan kesehatan Eko.
“Serahkan saja, kalau tidak diserahkan, apa yang bisa kita lakukan!”
Eko mengibaskan tangannya!
Marco juga tidak berdaya, dia hanya bisa membawakan stempel untuk Eko!
“Saya sudah mengatakan saya akan melindungi Keluarga Wijaya, jadi saya pasti akan